BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi
Dalam bahan ajar “PLTS” ini,
terdapat enam pokok materi, sebagai berikut:
·
Kegiatan belajar 1 : Pengertian dari PLTS
·
Kegiatan
belajar
2 : Komponen – komponen PLTS
·
Kegiatan
belajar 3 :
Prinsip Kerja dari PLTS
·
Kegiatan
belajar 4 :
Sistim kelistrikan
PLTS
·
Kegiatan
belajar 5 :
Masalah Utama dari PLTS
·
Kegiatan
belajar 6 :
Keuntungan dan Kerugian dari PLTS
1.2 Prasyarat
Untuk
mempelajari dan menguasai bahan ajar ini, terlebih dahulu siswa harus mempunyai
gambaran pengetahuan/wawasan/pemahaman tentang dasar-dasar energi terbarukan,
studi kelayakan PLTS dan konstruksi sipil PLTS secara umum. Selain itu anda juga harus memahami
eksistensi atau gambaran pentingnya pengelolaan dan standar serta
peraturan-peraturan terkait dengan PLTS dan
dunia kerja secara umum. Kemampuan awal ini sangat bermanfaat dalam menunjang
penguasaan materi bahan ajar ini secara cepat dan tepat sehingga sesuai sasaran
yang diharapkan
1.3 Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar
1.
Baca
semua isi dan petunjuk pembelajaran Buku teks ajar siswa SMK ini;
2.
Ikuti
semua petunjuk pembelajaran pada setiap kegiatan belajar;
3.
Belajar
dan bekerjalah dengan penuh tanggung jawab, baik secara individu maupun
kelompok sesuai dengan tugas yang diberikan;
4.
Kerjakan
semua tugas yang diberikan dan kumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman Anda terhadap Buku teks ajar siswa SMK
ini. Jika diperlukan Anda disarankan untuk melakukan browsing dengan
internet;
5.
Jagalah
keselamatan dan keamanan kerja, peralatan baik di kelas, laboratorium maupun di
lapangan;
6.
Kompetensi
yang dipelajari di dalam Buku teks ajar siswa SMK ini merupakan kompetensi
minimal. Oleh karena itu disarankan anda meningkatkan kompetensi anda melalui
berbagai bentuk pendalaman sehingga kemampuan dan tingkat penguasaan anda lebih
optimal;
7.
Laporkan
semua pengalaman belajar yang anda peroleh baik tertulis maupun lisan sesuai
dengan tugas setiap Buku teks ajar siswa SMK;
8.
Lakukan
komunikasi secara intensif dengan Guru Anda melalui berbagai saluran yang
memungkinkan.
1.4 Tujuan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, siswa
diharapkan:
1.
Mendeskripsikan
PLTS sebagai sumber energi listrik;
2.
Mengetahui komponen-komponen PLTS.
3.
Mengetahui
Prinsip Kerja dari PLTS
4.
Mengetahui Sistim kelistrikan PLTS
5.
Mengetahui
Masalah utama dari PLTS.
6. Mengetahui keuntungan
dan kerugian dari PLTS.
1.5 KOMPETENSI
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN PENGOLAHAN PLTS
|
Materi Pokok
|
Pembelajaran
|
Penilaian
|
|
2.1 Menyadari kebesaran Tuhan, bahwa alam raya ini dikelola oleh
Tuhan yang Maha Sempurna dengan sangat sempurna, sehinngga terjadi harmoni
yang dinamis di alam raya ini
|
||||
2.2 Meningkatkan motivasi untuk belajar lebih
lanjut tentang pengelolaan pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit sehingga
lebih optimal dan tahan lama.
|
||||
2.3 Menjaga keseimbangan alam dengan
memelihara dan menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana, serta memahami
karaktersitik dari alam ini.
|
||||
2.4 Menerapkan perilaku ilmiah, profesional
dan kerja tim dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dasar
teknologi energi terbarukan
|
||||
2.5 Mengembangkan perilaku ilmiah dan
profesional dalam menerapkan pengetahuan pengelolaan, pengoperasian dan
pemeliharaan secara tim sehingga memberikan manfaat maksimal bagi manusia dan
lingkungan
|
||||
2.6 Menghargai pentingnya kerja tim dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan, pengoperasian dan
pemeliharan PLTS agar pembangkitan lebih maksimal dan
tahan lama.
|
||||
3.1
Menganalisis
pengelolaan PLTS sebagai sebuah unit pembangkit listrik
4.1 Menalar sistem pengelolaan PLTS sebagai sebuah unit usaha dalam bidang pembangkitan
listrik.
|
· Karakteristik dan potensi staff dan
pelanggan
|
Mengamati
· Merencanakan
studi potensi staff dan melalui diskusi kelompok.
· Membuat
instrumen survey potensi pelanggan
|
Penugasan:
· pengukuran, penghitungan
· Observasi: laporan pengamatan
· Portofolio: Laporan penugasan komprehensif
· Tes lisan dan tertulis
|
|
· Struktur organisasi dan pembagian tugas
· Pengelolaan staff dan pelanggan
· Pengelolaan energi
|
Mengumpulkan data
· Menganalisis
komponen-komponen pemeliharaan dan sumber daya
· Membuat
jadwal dan supervisi pemeliharan
· Melakukan
kunjungan ke kantor desa/ kecamatan untuk pengumpulan data awal
· Melakukan
survey ke masyarakat dan lingkungan industri
|
|||
•
Pembukuan
Keuangan
•
Pengelolaan
keuangan
|
Mengasosiasi
· Menghitung
biaya pengelolaan PLTS
· Merencanakan
pembukuan keuangan
· Melakukan
pembukuan keuangan dengan tertib
· Melaksanakan
program pemeliharaan dan perbaikan PLTS
|
|||
· Semua aspek pengelolaan
|
Mengkomunikasikan
· Menyajikan
program kerja dan pelaksanaannya kepada pemangku kepentingan
· Melaporkan
energi impor dan ekspor secara berkala
· Memberikan
pelaporan keuangan sesuai prosedur.
· Melakukan
supervisi dan pelaporan
pemeliharaan
|
|||
3.2 Menganalisis usaha produktif dengan
memanfaatkan listrik PLTS
4.2 Menyajikan pemanfaatan energi listrik
untuk peningkatan produktivitas usaha
|
·
Analisis
Usaha Produktif
·
Perencanaan
Usaha Produktif
·
Pelaksanaan
Sosialisasi
·
Pengajuan
proposal Usaha
|
Mengamati
·
Membangun gagasan usaha produktif melalui diskusi
kelompok.
Menanya
·
Melakukan survey lapangan untuk usaha produktif
Mengumpulkan data
·
Menyusun bussiness plan
·
Membentuk struktur organisasi usaha
Mengasosiasi
·
Merencanakan sosialisasi
·
Melaksanakan sosialisasi melalui role play
Mengkomunikasikan
·
Mengajukan
proposal kepada penyandang dana/ sponsor
·
Melaksanakan
kontrak
|
·
Penugasan:
pengukuran, penghitunga
·
Observasi:
laporan pengamatan
·
Portofolio:
Laporan penugasan komprehensif
·
Tes
lisan dan tertulis
|
1.6 CEK KEMAMPUAN
1.
Bagaimana
mengetahui bahwa suatu daerah memiliki potensi untuk dibangun PLTS?
2.
Apa
karakteristik umum dari PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)?
3.
Gambarkan
bagian-bagian dari PLTS dan fungsinya?
4.
Gambarkan
diagram struktur organisasi PLTS! Jelaskan fungsi setiap
jabatan/posisi dalam organisasi PLTS?
BAB II
PEMBELAJARAN
2.1 Rencana Belajar Siswa
Kompetensi : PLTS
Sub Kompetensi :
1.
Menganalisis
PLTS sebagai sebuah unit pembangkit.
2.
Menalar
sistem pengelolaan PLTS sebagai sebuah unit usaha
dalam bidang pembangkitan listrik.
3.
Menyajikan
pemanfaatan energi listrik untuk peningkatan produktivitas usaha.
2.2 Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pemelajaran siswa diharapkan
mampu:
1.
Memahami
fungsi-fungsi yang diperlukan berkenaan dengan pengelolaan PLTS;
2.
Mempraktikkan
pengelolaan pada sebuah PLTS;
3.
Mengenali
karakteristik setiap sub sistem PLTS;
4.
Menjelaskan
keunggulan PLTS dibandingkan dengan pembangkit listrik
lain;
URAIAN MATERI
2.1 Pengertian PLTS
Pembangkit Listrik Tenaga Surya(PLTS) adalah pembangkit listrik yang
mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung menggunakan photovoltaic dan
secara tidak langsung dengan pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah
secara langsung energi cahaya menjadi listrik menggunakan efek elektrik.
Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan
dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk
menggerakan mesin kalor.
Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power, CSP)
menggunakan lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi
matahari dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang terkonsentrasikan
lalu digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkitan listrik biasa yang
memanfaatkan panas untuk menggerakkan generator. Sistem cermin parabola, lensa
reflektor Fresnel, dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak
digunakan. Fluida kerja yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan
generator (turbin uap konvensional hingga mesin Stirling) atau menjadi media
penyimpan panas.
Sel surya atau sel photovoltaic adalah alat yang mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dibuat pertama kali pada tahun
1880 oleh Charles Fritts. Pembangkit listrik tenaga surya tipe photovoltaic
adalah pembangkit listrik yang menggunakan perbedaan tegangan akibat efek
fotoelektrik untuk menghasilkan listrik. Solar panel terdiri dari 3 lapisan,
lapisan panel P di bagian atas, lapisan pembatas di tengah, dan lapisan panel N
di bagian bawah. Efek fotoelektrik adalah di mana sinar matahari menyebabkan
elektron di lapisan panel P terlepas, sehingga hal ini menyebabkan proton
mengalir ke lapisan panel N di bagian bawah dan perpindahan arus proton ini
adalah arus listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
di Indonesia, paling populer digunakan untuk listrik pedesaan (terpencil),
system seperti ini populer dengan sebutan SHS (Solar Home System). SHS umumnya
berupa system berskala kecil, dengan menggunakan modul surya 50-100 Wp (Watt
Peak) dan menghasilkan listrik harian sebesar 150-300 Wh. Karena skalanya yang
kecil, system DC (direct current) lebih disukai, untuk menghindari losses dan self
consumption akibat digunakannya inverter.
Karena systemnya yang kecil dan dipasang secara
desentralisasi (satu rumah satu pembangkit, sehingga tidak memerlukan jaringan
distribusi) SHS ideal digunakan untuk listrik di pedesaan dimana jarak rumah
satu dengan lainnya berjauhan, dan keperluan listriknya relatif kecil, yakni
hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar (lampu).
Meskipun secara
pengertian SHS dapat saja berupa system yang besar (sejauh masih digunakan
untuk listrik rumah), namun kebanyakan orang cenderung tidak menggunakan
istilah SHS untuk system yang menggunakan modul lebih besar dari 100Wp (atau
produksi energi harian >400Wh).
Kecilnya listrik
yang dapat disediakan oleh SHS (kecil menurut definisi orang kota yang sering
menggunakan listrik jauh diatas produksi SHS, padahal bagi orang desa listrik
sejumlah itu sangat bermanfaat, karena dibandingkan lampu minyak tanah, yakni
lampu teplok/petromak), ditambah lagi dengan relatif sulitnya mencari peralatan
elektronik rumah tangga (TV, Radio/Tape dll) yang menggunakan system DC,
membuat SHS tidak menarik untuk penggunaan di desa-desa dekat kota atau di
perkotaan, dimana kebutuhan listrik sudah tidak melulu hanya untuk lampu
penerangan.
Meskipun belum ada batasan yang jelas,
PLTS yang menggunakan modul surya lebih dari 100Wp (Output energi >400Wh),
dan oleh karenanya lebih memungkinkan digunakan system AC (Alternating current;
karena listrik yang dapat digunakan setelah dikurangi losses dan self
consumption inverter masih cukup memadai), dalam tulisan ini, termasuk dalam
kategori PLTS skala menengah-besar. PLTS pada skala ini umumnya tidak lagi menggunakan
system desentralisasi, tetapi menggunakan system sentralisasi ( dus menggunakan
jaringan distribusi), dan dikombinasikan dengan system pembangkit lainnya.
Tulisan ini, akan mengkonsentrasikan
diri pada pembahasan PLTS skala menengah besar, dengan menggunakan lebih dari
satu pembangkit listrik, dengan kapasitas minimum 2.5 kW.
Di Indonesia, demand untuk system ini
mulai terlihat meningkat sejak tahun 2000an seiring dengan gencarnya kampanye
energi hijau untuk perkotaan dan dicabutnya subsidi BBM oleh pemerintah pada
tahun 2005, yang membuat biaya operasi genset, terutama di daerah (pulau)
terpencil menjadi semakin mahal dan mengakibatkan harga PLTS semakin
kompetitif.
Grid connected PV
(PV=photovoltaic=PLTS), Grid Interractive, BIPV (Building Integration PV)
adalah aplikasi Hybrid (=menggunakan 2 atau lebih system pembangkit energi yang
berbeda) antara PLTS dan Listrik jaringan (PLN) yang sudah banyak digunakan diperkotaan:
Ruangan Menteri Pendidikan, Mentri Ristek, Dirjen LPE, Halte Busway dll.
Sedangkan Hybrid PV-Genset (baik untuk jaringan stand
alone genset ataupun genset yang sudah di-interkoneksi), PV-Mikro Hydro, dan
PV-Wind adalah aplikasi hybrid yang banyak digunakan di pedesaan, ataupun untuk
system off-grid (isolated grid).
2.2
Komponen – komponen pada PLTS
Solar panel yang lengkap, terdiri
dari beberapa komponen utama:
1. Solar Panel
Panel Surya atau Solar Cells adalah
komponen utama pada pembangkit listrik tenaga surya. Solar cells berfungsi
untuk merubah tenaga matahari menjadi listrik.Tanpa komponen ini energi listrik
tidak dapat di hasilkan.
2. Voltage Regulator & Charger
Regulator adalah panel pengendali atau
pengatur atau controller. Controller ini biasanya ter-integrasi dengan sebuah
kotak Batere. Controller adalah sebuah perangkat elektronik berbentuk kotak
yang berfungsi untuk mengatur aliran listrik dari panel surya ke Batere atau aki menuju ke perangkat
elektronik yang ada di rumah.
3. Inverter
Inverter adalah seperangkat alat yang
merupakan rangkaian komponen elektronika yang di gunakan untuk mengubah arus DC
(Direct curent) menjadi arus AC (alternating curent). Inverter ini dapat kita
jumpai pada berbagai macam jenis paralatan elektronika. Tanpa alat ini arus DC
yang dihasilkan oleh panel surya tidak akan dapat digunakan secara langsung
oleh alat alat ekektronika yang biasanya membutuhkan arus AC sebagai daya
utamanya.
4. Battery
Baterai adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menyimpan tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga
surya sehinga bisa di gunakan kapan saja selama dibutuhkan. Tanpa baterai maka energi surya hanya dapat
digunakan pada saat ada sinar matahari saja karena tidak ada alat penyimpan
energinya.
Solar cell di buat dari lapisan lapisan sangat tipis
(0.3 – 1.0 micron) dari bahan semi konduktor ( missal silicon), di lengketkan
diatas kaca atau flexible plastic.
Setiap individu cell umumnya menghasilkan tegangan
sebesar 0.5 volts, untuk memperoleh tegangan yang lebih tinggi, individual cell
dapat dihubungkan secara serie.
Hampir semua
solar cell panel mengaplikasi tegangan 12 volts, dengan demikian untuk mendapatkan
tegangan sebesar 12 volt, diperlukan 24 cell, tetapi dalam prakteknya untuk
mengatisipasi / kompensasi terjadinya penurunan tegangan (voltage drop) karena
banyak factor, seperti voltage drro karena rugi2 pada kabel, termination,
turunnya efisiensi cell ,dll, normalnya untuk mendapatkan supply tegangan 12
volts diperlukan kurang lebih 28 cell, tergantung faktor2 luar yang dapat
menyebabkan timbulnya “voltage drop”. solar panel harus mampu mengalirkan
tegangan lebih besar dari tegangan kerja battery, jika menggunakan sistim
battery 12 volts, maka out put solar cell paling tidak harus 13-14 volt ( +/1
10%).
2.3 Prinsip kerja PLTS
Pembangkit listrik yang berasal dari
energi panas matahari ini tidak menghasilkan listrik secara langsung. Tetapi
proses pengubahan energi panas matahari menjadi energi listrik ini membutuhkan
proses yang cukup rumit. Ada dua cara kerja yang digunakan oleh PLTS. Yang
pertama adalah PLTS Termal, di mana cara kerjanya adalah mengumpulkan panas
matahari lalu digunakan untuk memanaskan sebuah cairan. Lalu uap yang
dihasilkan cairan tersebut berguna untuk menggerakkan generator yang akan
menghasilkan listrik.
Sedangkan cara kerja PLTS lainnya
yaitu PLTS Fotovoltaik, di mana nantinya digunakan alat untuk menangkap energi
panas matahari yang nantinya langsung dikonversikan menjadi energi listrik.
Jenis PLTS Fotovaltaik ini diakui memang lebih efektif dan lebih cepat untuk
menghasilkan listrik ketimbang PLTS Termal.
Mengapa Energi Surya Bisa Menjadi Listrik?
Di alam semesta ini diketahui ada dua
jenis sistem energi surya, yaitu energi surya pasif dan aktif. Untuk sistem
pasif, kita tidak membutuhkan peralatan khusus untuk menerima energi surya
tersebut. Contohnya adalah ketika kita memarkir motor di bawah terik matahari,
lalu jok motor menjadi sangat panas. Sedangkan untuk sistem energi surya aktif
membutuhkan cara dan peralatan untuk bisa mengumpulkan energi matahari tersebut
dan menyimpannya.
Dan cara kerja PLTS Termal ataupun
Fotovaltaik ini memanfaatkan energi surya sistem aktif. Di mana PLTS pastinya
membutuhkan alat khusus untuk bisa menyerap energi matahari dan meminimalisir
pemantulan sinar mataharinya. Kemudian dikumpulkan dan diproses hingga menjadi
energi listrik.
2.4
Sistem Kelistrikan pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya
2.4.1 Sistem Integrasi
Sistim ini dapat diterangkan secara
visual pada Gb.3.5. Seperti terlihat pada gambar ini, listrik yang dihasilkan
oleh array dirubah menjadi listrik AC melalui power conditioner, lalu dialirkan
ke AC load. AC load disini dapat berupa listrik yang diperlukan di perumahan
atau kantor. Yang menjadi ciri utama
dari sistim ini adalah dihubungkannya AC load ke jaringan distribusi listrik
yang dimiliki oleh perusahaan listrik. Jadi apabila listrik yang dihasilkan oleh
solar panel cukup banyak -melebihi yang dibutuhkan oleh AC load- maka listrik
tersebut dapat dialirkan ke jaringan distribusi yang ada. Sebaliknya apabila
listrik yang dihasilkan solar panel sedikit –kurang dari kebutuhan ac load-
maka kekurangan itu dapat diambil dari listrik yang dihasilkan perusahaan
listrik. Hal ini di banyak negara-negara industri maju secara peraturan telah
memungkinkan.
Keuntungan dari sistim ini adalah
tidak diperlukan lagi battery. Biaya battery dapat dikurangi. Selain dari itu bagi
rumah atau kantor yang memasang solar panel, mereka akan mendapatkan keuntungan
dengan penjualan listrik. Persoalan yang dihadapi sekarang adalah soal teknis.
Karena terhubungi dengan sistim distribusi, maka masalah keselamatan menjadi
perhatian yang utama.Dan salah satu dari pemecahannya adalah membuat power
conditioner yang mampu mendeteksi apabila terjadi kecelakaan dan mampu
mengkontrol tegangan apabila terjadi perubahan tegangan di AC load dan beberapa
soal teknis yang lain.
2.4.2 Sistem Independen
Selain sistim terintegrasi yang
diterangkan diatas terdapat pula sistim independensi yang merupakan sistim yang
selama ini banyak dipakai. Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini sistim
independensi dapat dibagi lagi yaitu yang dihubungkan dengan DC load dan yang
dihubungkan dengan AC load.
Contoh dari sistim yang dihubungkan
dengan dc load adalah pembangkit listrik untuk peralatan komunikasi. Misalnya
peralatan komunikasi yang dipasang di pegunungan. Sedangkan yang dihubungakan
dengan AC load adalah sistim pembangkit listrik untuk pulau-pulau yang
terpencil.Dalam sistim ini, battery memainkan peranan yang sangat vital. Bila
ada kelebihan listrik yang dihasilkan, misalnya pada siang hari, listrik ini
disimpan di battery. Dan pada malam hari listrik yang disimpan ini dialirkan ke
load.
Sistim seperti ini banyak dipakai di
negara-negara berkembang seperti contoh pada Gb. 3.8., Gb. 3.8 adalah sebuah
contoh proyek di Mongol. Yaitu proyek pemasangan pembangkit listrik untuk
keperluan rumah sakit dan lampu penerangan. Dalam gambar ini terlihat PLTS
dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga angin. Kapasitas terpasang PLTS
adalah 3.4 kW sedangkan dari tenaga angin 1.8 kW
2.5 Masalah Utama pada Pembangkit
Listrik Tenaga Surya
Pembangkit listrik tenaga surya memiliki
dua masalah utama: biayanya mahal dan produksi listrik hanya bisa dilakukan
pada siang hari, itu pun masih tergantung pada intensitas matahari yang
tersedia. Hal ini yang membuat teknologi pembangkit listrik tenaga surya masih
dinilai kurang ekonomis.
Solusinya adalah, jika pada cara
konvensional panel sel surya langsung mengubah sinar matahari menjadi listrik,
tidak demikian pada konsep yang baru yitu dengan membuat cermin berukuran besar
yang berfungsi untuk mengumpulkan panas dengan suhu yang tinggi dari sinar
matahari. Panas yang tersimpan inilah yang selanjutnya digunakan untuk
menghasilkan uap guna memutar turbin yang menggerakkan generator dan
menghasilkan energi listrik.
2.6 Keuntungan
dan Kerugian
Kelebihan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya merupakan
suatu system pembangkit energy listrik yang tidak berpolusi dan menghasilkan
listrik dari sinar matahari. Selain itu tenaga matahari juga tersedia melimpah
dan gratis. Berikut ini adalah keuntungan menggunakan PLTS :
a. Sumber
energi yang dipakai tidak pernah habis dan sangat ramah lingkungan.
b. Dapat
dipakai dimana saja terutama didaerah yang belum terjangkau listrik PLN.
c. Tidak
memerlukan perawatan khusus sehingga bebas dari segala biaya perawatan.
d. Hemat
karena tidak memerlukan bahan bakar.
e.
Bersifat moduler artinya kapasitas listrik yang dihasilkan dapat sesuai
dengan kebutuhan.
f. Tanpa
suara sehingga tidak mengganggu ketertiban umum.
g. Ramah
lingkungan
h.
Pemasangannya sangat mudah.
Kerugian
Meskipun pembangkit l;istrik tenaga surya memiliki
beberbagai keuntungan. Namun PLTS memiliki kelemahan. Berikut ini adalah
kelemahan dari PLTS :
a.
Memiliki ketergantungan pada cuaca. Saat mendung kemampuan panel surya
menangkap sinar matahari tentu akan berkurang. Akibatnya, PLTS tidak bisa
digunakan secara optimal. Karena saat mendung kemampuan PLTS menyimpan energi
berkurang sekitar 30 persen.
b.
Rencana pembangunan PLTS dihadang sejumlah masalah. Masalah utama adalah
besarnya biaya membangun pembangkit ini. Yaitu mencapai Rp. 11 milyar per MW.
Jika PLTS nanti kapasitasnya 30 MW, berarti biaya yang dibutuhkan Rp 330
Milyar.
c.
Teknologi PLTS dikhawatirkan menjadi sumber pencemar udara baru. Kondisi
geografis Samarinda yang membentuk cekungan membuat sirkulasi udara menjadi
lambat. Polutan PLTS nantinya berputar-putar diatas kota Samarinda.
BAB III
EVALUASI
1. Evaluasi Kegiatan Belajar
1.
Apa
yang dimaksud dengan PLTS? Mengapa PLTS lebih berpotensi sebagai alternatif sumber energi
listrik?
2.
Berikan
contoh aplikasi/penerapan fungsi dari pengelolaan (perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian)!
3.
Hal
apa yang merupakan kendala operasi dari PLTS, dan hal apa yang menentukan tingkat kehandalan dari suatu
pembangkit ?
4.
Gambarkan
alur PLTS dan
jelaskan fungsi-fungsi masing bagian dalam diagram alur tersebut!
2. Review
a.
Apa
yang dimaksud dengan "pengelolaan"?
b.
Sebutkan
bentuk-bentuk organisasi yang mungkin digunakan dalam pengelolaan PLTS!
c.
Apa
peran utama Pengelola PLTS?
d.
Mengapa
Badan Pengawas PLTS perlu ada?
e.
Bagaimana
keterlibatan masyarakat dalam organisasi PLTS? Buat
sketsa interaksinya?
f.
Kompetensi
apa yang perlu dimiliki oleh: Ketua PLTS,
Sekretaris PLTS, Bendahara PLTS, Operator PLTS?
3. Penerapan
(1) Jelaskan
manfaat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan bila dikaitkan
dengan bagian-bagian PLTS !
(2)
Sebutkan perbedaan fungsi dari Solar Cell dengan Solar Water Heating dan Solar Furnaces.
(3)
Bahan apa yang digunakan untuk membuat Solar Cell dan bagaiman prinsip kerja Solar Cell tersebut ?
4. Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap 3 aspek,
yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1.
Nilai
sikap diperoleh dari observasi selama kegiatan belajar
2.
Nilai
pengetahuan diperoleh dari hasil pemeriksaan jawaban evaluasi yang diberikan
3.
Nilai
keterampilan diperoleh dari hasil unjuk kerja tugas proyek yang dilaksanakan
siswa
Tabel
1. Tabel Penilaian sikap
a.
Penilaian sikap
No
|
Nama siswa
|
Disiplin
|
Jujur
|
Tanggung jawab
|
Santun
|
Nilai
|
1
|
siswa
a
|
|||||
2
|
siswa
b
|
|||||
3
|
siswa
c
|
|||||
Dst
|
b.
Penilaian pengetahuan
No.
|
Nama siswa atau kelompok
|
Skor setiap nomor soal
|
nilai
|
||||
No.1
|
No. 2
|
No.3
|
No. 4
|
dst.
|
|||
1
|
|||||||
2
|
|||||||
3
|
c. Penilaian keterampilan
No.
|
Nama Siswa
|
Aspek yang dinilai
|
Nilai Keterampilan
|
|||||||
Aktif Berdiskusi
|
Berani Mengemukakan Pendapat
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
||||||||||
2
|
||||||||||
3
|
||||||||||
4
|
||||||||||
5
|
KONVERSI NILAI
Sikap
|
Pengetahuan
|
Keterampilan
|
|||
Modus
|
Predikat
|
Skor Rerata
|
Huruf
|
Capaian
|
Huruf
|
Optimum
|
|||||
4
|
SB
(Sangat
Baik)
|
3,85 – 4,00
|
A
|
3,85 – 4,00
|
A
|
3,51 – 3,84
|
A -
|
3,51 – 3,84
|
A-
|
||
3
|
B
(Baik)
|
3,18 – 3,50
|
B+
|
3,18 – 3,50
|
B+
|
2,85 – 3,17
|
B
|
2,85 – 3,17
|
B
|
||
2,51 – 2,84
|
B-
|
2,51 – 2,84
|
B-
|
||
2
|
C
(Cukup)
|
2,18 – 2,50
|
C+
|
2,18 – 2,50
|
C+
|
1,85 – 2,17
|
C
|
1,85 – 2,17
|
C
|
||
1,51 – 1,84
|
C-
|
1,51 – 1,84
|
C-
|
||
1
|
K
(Kurang)
|
1,18 – 1,50
|
D+
|
1,18 – 1,50
|
D+
|
1,00 – 1,17
|
D
|
1,00 – 1,17
|
D
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar